Thursday, February 2, 2017

makalah bahan isolasi padat

udah lama gak ngepost tugas .. gara- gara banyak tugas mas vorhh.. ini ni silahkan di baca- baca mana tau mau di copas . hihihi 
comment aja dibawah ya gan n sist ..


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar belakang
             Isolasi adalah salah satu bentuk peralatan tegangan tinggi yang berfungsi sebagai tahanan atau pelindung agar tidak terjadi tembus yang tidak diinginkan. Secara umum isolasi dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu isolasi padat, cair dan gas. Kemampuan isolasi dalam menahan tegangan mempunyai batas-batas tertentu sesuai dengan material penyusun dan lingkungan sekitarnya
BAB II
PEMBAHASAN

A.    BAHAN ISOLASI PADAT

Beberapa bahan penyeka atau isolasi bentuk padat yang sesuai dengan asalnya diantaranya:
1.   Bahan Tambang
            Yang dimaksud dengan isolasi bahan tambang adalah mineral atau bahan yang asal mulanya didapat dari tambang dan digunakan sebagai isolasi pada ikatan kimia atau keadaan alaminya tanpa proses kimia atau proses termal sebelumnya. Bahan isolasi mineral tersebut misalnya batu pualam, batu tulis, klorida, mika, dan mikanit.
a.    Batu Pualam
            Batu pualam ialah batu kapur (CaCO3) yang keras atau dolomit yang dapat dipoles. Pualam merupakan bongkahan batu yang besar yang kemudian dipotong – potong menjadi lempengan tebal dengan ukuran tertentu. Bagian mukanya digerinda dengan gerinda karborundum dan setelah cukup rata kemudian digosok dengan batu asah. Yang terakhir adalah menggosokkan dengan menggunakan cakram berlapis kain pemoles dan serbuk hijau (chromiun oksida) sebagai bahan tambahan sehingga permukaannya menjadi mengkilat dengan warna yang sangat indah. Warna batu pualam ada yang putih, kuning, kelabu, merah jambu, hitam dan sebagainya, sesuai dengan piegmennya. Semakin padat dan licin maka semakin kurang daya penyerapan airnya.
            Yang padat (tua) lebih mudah penggosokkannya. Batu pualam dapat dibor dengan bor baja khusus. Batu pualam mempunyai sifat mudah pecah, berat (masa jenis paling rendah 2,6 g/cm3), regas, mudah retak kalau dipanasi dan didinginkan mendadak, dan sensitif terhadap asam. Untuk mendapatkan batu pualam yang sifat kelistrikannya baik maka bahan perlu diimpregnasi dengan parafin, polistirin, bitumen, minyak dan sebagainya.
            Dalam teknik listrik batu pualam sudah jarang sekali dipakai, terdesak oleh bahan  lain yang secara teknis lebih baik dan mudah pengolahannya. Dahulu banyak digunakan untuk bahan penghubung. Sekarang, karena rupanya yang indah dan menarik, atu pualam banyak digunakan dalam bidang arsitektur.

b.   Batu Tulis
            Warnanya abu – abu kehitaman. Strukturnya berlapis – lapis sehingga dapat dibentuk sebagai papan. Penggunaannya seperti batu pualam (sebagai panel papan hubung bagi), batu tulis lebih mudah pecah dibanding marmer, tidak dapat dipoles, sifat kelistrikannya dan higroskopisnya dibawah marmer, masa jenis 2,8 g/cm3 tahan terhadap asam dan panas.

c.    Klorida
            Bahan ini warnanya abu – abu, sifat kelistrikan dan kekuatan mekanisnya dibawah batu tulis, mudah dipotong, digergaji, dan dibor. Klorida padat sangat higroskopis, jika akan dipakai sebagai isolator harus diimpregnasi dengan resin, misalnya bakeli yang dicairkan.

d.   Asbes
            Serat asbes yang ditemukan pada batu – batuan (tambang) pada umumnya pendek. Pada suhu 300 °C hingga 400 °C asbes tidak mengalami perubahan kekuatan mekanik, tetapi pada suhu lebih tinggi kandungan airnya akan hilang dan kekuatan mekanisnya akan turun. Ketahanannya terhadap panas tersebut adalah karena pori – porinya mudah dimasuki udara sehingga konduktivitas panasnya akan menurun. Asbes meleleh pada suhu 1150 °C. Asbes yang banyak mengandunf feri oksida akan menjadi semikonduktor. Untuk menaikkan kemampuan isolasinya, asbes perlu diimpregnasi.
            Asbes merupakan bahan yang berserat, tidak kuat dan mudah putus sehingga sebagai penyekat listrik sebenarnya kurang baik. Tetapi asbes mempunyai keistimewaan tersendiri, yaitu tidak dapat terbakar (tahan terhadap panas tinggi). Jadi, disamping sebagai penyekat listrik. Biasanya asbes dipakai sebagai penyekat listrik untuk tegangan rendah.
            Dalam pemakaian, asbes dipintal menjadi semacam benang kasar. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih baik. Mengingat keistimewaan asbes, yaitu mempunyai sifat tahan panas, maka asbes banyak digunakan dalam peralatan listrik untuk keperluan rumah tangga, misalnya setrika listrik, kompor listrik dan alat – alat pemanas listrik.
            Untuk penyekat panas, elemen – elemen pemanas dibalut dengan benang asbes, misalnya untuk mesin – mesin las dan pemanggang (oven). Asbes juga dipergunakan pada mesin – mesin listrik yang bekerja dengan beban berat dan tidak teratur, karena disitu akan timbul panas yang tinggi, misalnya pada motor – motor tram listrik, derek dan kompresor.
            Lilitan – lilitan motor tersebut dibalut bukan dengan penyekat lain, tetapi dengan asbes. Untuk memperingati daya sekat listriknya, asbes dicelup dalam vernis, sirlak atau bahan penyekat lainnya hal tersebut juga memperkuat daya mekanis dan menjadikannya lebih tahan air. Selain dibuat benag, asbes dibuat lempeng – lempeng tipis yang disebut kertas asbes. Serat – serat asbes dipres dengan dilapisi kertas ditambah dengan bahan perekat, dipakai sebagai pembungkus elemen – elemen pemanas listrik. Semen asbes dibuat dari bahan semen portland sebagai pengikat dan asbes sebagai pengisi, dipres dalam keadaan dingin dan dibuat dalam bentuk papan, lempeng, tabung/pipa dan untuk panel distribusi. Asbes banyak sekali dijual sebagai barang jadi. Pada bentuk lempeng untuk penyekat mungkin dapat terjadi bunga api, misalnya pada kontak – kontak penghubung. Bentuk tabung/pipa dipakai untuk selongsong yang menghendaki penyekatan.

e.    Mika
            Mika merupakan isolasi mineral (bahan tambang). Tahanan listrik dan kekuatan mekanisnya tinggi, tahan panas dan tahan dari pengaruh uap air, sangat ringan, elastis, warnanya bening (transparan) dan licin mengkilat, bentuknya berlapis – lapis. Pada suhu tinggi (diatas batas suhu kerja) mika akan mengeluarkan air yang merupakan bagian dari susunannya. Kebeningannya berkurang atau menjadi kusam. Dalam keadaan demikian mika telah kehilangan kekuatan mekanisnya, mudah retak – retak sehingga daya sekatnya berkurang. Pada suhu 1250 °C hingga 1300 °C susunn kristal mika berubah sama sekali dan mulai meleleh.
            Mika digunakan sebagai isolasi pada mesin – mesin besar dengan tegangan kerja yang tinggi, misalnya generatot turbo, generator hidro pada pembangkit, motor – motor araksi. Disitu mika dipakai untuk menyekat komulator antara lamel – lamel dan sebagai dielektrik kondensator. Mika juga dapat digunakan untuk kaca penjenguk pada tungku – tungku (untuk melihat dalam dari tungku). Selain daripada itu maka banyak dipakai dalam industri alat – alat rumah tangga, untuk menyekat elemen – elemen pemanas dan alat pemasak (kompor listrik), setrika listrik, pemanggang roti dan lain sebagainya.
            Mika adalah mineral dengan kristal monoklin, yaitu kristal yang sumbu – sumbu ruangnya (x, y, z) sama panjang, dua sudut antara sumbu – sumbu sama yaitu 90°. Terdapat beberapa macam mika, diantaranya mika yang umum dijumpai adalah muscovit dengan rumus kimia K2O.3Al2O3.6SiO2.2H2O dan flogofit dengan rumus kimia (K2O.6MgO. 3Al2O3. 6SiO2.2H2O). Unsur dari mika jenis lain mungkin besi, natrium atau kalsium. Sifat isolasi dan mekanis muskovit lebih baik dibanding flogofit. Permitivitas mika adalah 4 sehingga 10. Sifat – sifat pengisolasian mika searah panjangnya adalah semakin rendah dibanding dengan kearah melintangnya. Resistivitas volumenya paling rendah adalah 109 ohm-cm, sedangkan tan ðnaik hingga 0,1. Muskopit mempunyai ketahanan abrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan plogofit. Sifat ini penting untuk menentukan pilihan bahan isolasi bagian – bagian yang bergerak, misalnya komutator.
            Suhu sampai terjadi penguapan (dehidrasi) pada muskovit adalah 500° hingga 600° C, sedangkan untuk flugofit adalah 800° hingga 900° C. Untuk itu maka flugofit banyak digunakan pada peralatan rumah tangga, misalnya penyekat pemanggang, setrika dan sebagainya. Jenis – jenis plogofit yang banyak mengandung air (hydrated-flogopite) adalah agak lunak dan kemampuan isolasinya lebih rendah. Flogopit jenis ini mulai menunjukkan gejala kerusakan pada suhu 150° hingga 250° C.
            Maka biasanya diperoleh secara alami bersama – sama dengan mineral lainnya seperti kuarsa. Sering juga ditemukan sebagai jalur sepanjang 2cm hingga beberapa meeter pada pegmatit. Pegmatit merupakan sumber bahan yang murah untuk pembuatan muskovit komersial. Setelah diadakan penambangan, mika mentah ditingkatkan kualitasnya, dipotong dan dibersihkan dari bahan ikutan lainnya. Selanjutnya dibentuk menjadi lembaran – lembaran yang sesuai dengan standar masing – masing negara penghasil, misalnya empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebarnya 1 : 1 hingga 1 : 3 dengan luas tertentu yang umumnya dibawah 1 m2. Ketebalan standar adalah 0,01 hingga 0,03 mm. Kandungan besi oksida atau mineral lainnya didalam mika disebut spot. Kandungan menyebabkan berkurangnya kemampuan isolasi mika.
            Bahan floureflogopit sintesis adalah bahan cadangan yang digunakan untuk menggantikan bahan mika alami. Bahan ini didapat dengan melelehkan jenis mika khusus didalam tanur tinggi pada suhu tinggi sehingga mika menjadi lumer dan kemudian dikristalisasi.

f.     Mikanit
            Mika diperoleh dari tambang dengan jumlah besar dengan ukuran atau dimensi yang tidak teratur sementara alat – alat listrik ukurannya tertentu dan bervariasi. Untuk keperluan itu  dibuat mikanit, yaitu mika yang dibuat sesuai dengan yang dikehendaki. Seringkali pada salah satu sisi mikanit dilapisi dengan kertas atau kain dengan tujuan untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih tinggi atau untuk menjaga agar tidak terjadi keretakan ketika mika dibengkokkan.
            Tujuan melapis – lapis mika dan kadang – kadang dengan tambahan lapisan kain, kertas atau pita ialah memperoleh tebal yang diinginkan sehingga mempertinggi daya sekat listrik dan menambah kekuatan mekanis, terutama agar tidak retak jika digulung atau dilipat (dengan lapisan mika).
Beberapa contoh mikanit dibahas dibawah ini :
a)      Mikanit Komutator
            Mikanit komutator mengandung bahan pengikat maksimum 4%, masa jenisnya 2,4 hingga 2,6 gr/cm3 , digunakan untuk bahan isolasi antara lamel – lamel pada komutator mesin arus searah. Karena pada waktu pengerjaannya digunakan tekanan tinggi dan mengandung sedikit resin, maka bahan ini tahan arus walaupun mendapatkan tekanan yang tinggi dan suhu kerja 180° C. Itulah sebabnya mikanit ini tepat untuk penyekat lamel – lamel komutator. Kontraksi mekanit pada suhu 20° C tidak lebih dari 9% dengan tekanan hingga 600 kg/cm2.
b)      Mikanit Lempengan
            Lempeng mekanit muskovit atau flagopit atau dari paduan keduanya dengan bahan pengikat sirlak atau gliptal. Perbandingan mika dengan campurannya pada pita mika adalah sekitar 4 : 1 . dalam hal ini lempengan diperlukan untuk isolasi yang tidak memerlukan bengkokan (misal untuk pembuatan cincin). Baik mekanit komutator maupun mekanit lempengan tergolong mekanit keras.
c)      Mikanit Cetakan
            Mikanit ini dibuat berbagai bentuk sesuai dengan keperluan. Cara pembentukkannya adalah dengan memanasinya dan kemudian mencetaknya sebelum didinginkan. Penggunaannya antara lain sebagai pengisolasi antara poros dengan komutator dan antara poros dengan inti rotor. Mikanit cetakan dipabrikasi dengan ketebalan 0,1 hinga 0,5 mm dengan bahan pengikat sirlak atau gliptal dengan komposisi bahan pengikat 8 hingga 25% dan sisanya adalah mika.
d)     Kertas Mika
            Kertas mika termasuk jenis mikanit cetakan, dibuat dari muskovit atau flogopit dengan bahan pengikat sirlak atau resin sintesis, dipabrikasi dengan bentuk gulungan sebesar 0,4 m dengan tebal 0,15 hingga 0,3 mm, salah satu sisinya dilapisi dengan kertas setebal 0,05 hingga 0,06 mm. Penggunaannya adalah untuk membuat isolasi yang keras pada belitan jangkar mesin tegangan tinggi.
e)      Mikanit Fleksibel
            Mikanit fleksibel diproduksi dalam bentuk lemmpengan dengan ketebalan 0,15 hingga 0,06 mm, terbuat dari muskopit atau flogopit yang dilapisi dengan minyak vernis bitumen atau dilspisi minyak vernis gliptal. Mikanit fleksibel jenis lain adalah yang kedua sisinya dilapisi kertas dengan ketebalan 0,2 hingga 0,5 mm. Mikanit fleksibel yang tanpa pelapis kertas mengandung komposisi mika sebanyak 74 hingga 90% sedangkan yang dilapisi kertas mengandung mika sekitar 30%. Pada suhu kamar, mikanit fleksibel dapat dibengkokkan tanpa pemanasan. Penggunaannya antara lain sebagai pengisolasi yang fleksibel, pengisolasi alur pada mesin listrik.
f)       Pita Mika
            Biasanya tebalnya antara 0,1 sampai 0,18 mm dan dalam bentuk gulungan dengan lebar sedikitnya 40 cm. Gulungan tersebut kemudian dipotong – potong menjadi pita dengan lebar 12 sampai 35 cm.
            Pita mika dibuat dari muskovit atau flogopit, dilapisi vernis. Vernis yang digunakan berwarna muda (bening) dan tua (hitam). Yang warna muda lebih tahan panas dan khusus dipakai untuk lilitan rotorpada generator turbo sehingga sering dinamakan pita mika rotor. Kadang – kadang ada pula pita  mika yang dilapisi dengan sutera atau kain kaca.
            Ada pula salah satu jenis mika yang disebut samika. Samika dibuat dengan memanaskan serat mika hingga suhu 800 °C, kemudian merendamnya didalam larutan soda dan dimurnikan dengan asam chlorida atau asam sulfat encer. Selanjutnya mika yang sudah mengembang, bersama – sama dengan airnya, diangkat dan dijadikan bubur yang diberi beberapa macam pengikat (bahan organik) untuk kemudian dijadikan kertas mika tebal dan kemudian dipabrikasi dengan mesin pembuat kertas mika. Bahan pengikat maupun pelapisnya hendaknya sesuai dengan kelas mika (kelas C dan H), kecuali kalau akan digunakan pada suhu dibawah suhu kerja mika. Bahan pengikat yang sering digunakan adalah senyawa amonium fosfat atau kaca. Hasilnya disebut kertas slyudinit atau kertas samika. Dalam banyak hal bahan ini dapat menggantikan fungsi dari mikanit, kertas mika dan pita mika.
            Bahan isolasi mika sintetis perlu dipikirkan karena tingginya biaya pembuatan dan banyaknya limbah yang dihasilkan dalam pembuatan mikanit.

2.      Bahan Berserat

Bahan dasar yang dipergunakan untuk bahan berserat berasal dari tiga macam, yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang, dan bahan tiruan (sintetis). Sebenarnya bahan ini kurang baik sebagai bahan isolator listrik karena sifatnya sangat menyerap cairan, sedangkan cairan itu dapat merusak isolator yang menyebabkan daya sekatnya menurun. Tetapi karena faktor-faktor lain seperti : bahan berlimpah sehingga murah harganya; daya mekanisnya cukup kuat dan fleksibel; dan dengan disusun berlapis lapis dan dicampur dengan zat-zat tertentu untuk meningkatkan daya sekat, daya mekanis dan daya tahan panas, sehingga bahan berserat ini banyak dipakai sebagai isolator listrik.
Beberapa bahan yang termasuk bahan berserat, antara lain :
1)        Benang
Benang merupakan hasil pemintalan pertama dari sebuah kapas yang berserat cukup panjang, setelah biji-bijinya yang menempel dipisahkan terlebih dahulu. Dari kumpulan benang ini dapat dibuat tali, pita, dan kain tenun, yang selanjutnya disebut dengan tekstil. Dalam bidang kelistrikan banyak digunakan sebagai isolator kawat. Pemakaian benang banyak dipakai untuk isolator kawat halus yang digunakan dalam pembuatan pesawat-pesawat cermat seperti pengukuran listrik. Sekarang banyak digunakan benang sintetis dari bahan plastik, gelas, dan sebagainya karena lebih kuat dan tahan panas.


2)      Tekstil
Dengan menenun benang menjadi tekstil (pita dan kain dengan berbagai macam corak, ukuran dan kualitas) maksudnya adalah untuk memperoleh isolator yang lebih baik, yaitu pertama lebih kuat, dan kedua dalam beberapa hal mempermudah teknis pelaksanaan (membalut lilitan isolator kawat). Selain tekstil dari kapas, ada juga dari serat yumbuh-yumbuhan yang dikenal dengan nama lena (linnen). Bahan ini lebih kuat daripada kertas. Pada tekstil ini ada yang terbuat dari bahan tiruan (sintetis), dimana bahan ini digunakan dalam bidang kelistrikan sebagai isolator kawat-kawat lilitan mesin listrik, pengikat, dan sebagainya. Karena sifat tekstil ini dapat menyerap cairan, maka untuk memperbaiki daya sekatnya dilapisi atau dicelup ke dalam cairan lak isolator.
3)      Kertas
Bahan dasar kertas adalah selulosa, dimana bahan ini adalah zat sel tumbuh-tumbuhan yang terdapat antara kulit dan batangnya. Selulosa ini berserat, fleksibel, lunak dan menyerap air, sedangkan bahan pembuat kertasnya diambil dari kayu, merang, rami, majun (sisa bahan tekstil), dan lain-lain. Kertas yang terlalu kering atau lembab, kekuatan isolatornya berkurang karena kertas sangat menyerap cairan, sehingga untuk mengatasinya kertas dilapisi lak isolator. Penggunaan kertas untuk isolator selain sebagai pembalut lilitan kawat dan kumparan, juga untuk isolator kabel dan kondensator kertas. Untuk memenuhi tebal yang diharapkan kertas dibuat berlapis -lapis.
4)      Prespan
Prespan juga sebetulnya kertas, karena bahan dasarnya sama hanya berbeda sifatsifatnya saja. Dibandingkan dengan kertas, prespan lebih padat sehingga kurang menyerap air. Padat karena pembuatannya ditekan dengan tegangan tinggi sehingga lebih keras dan lebih kuat, tetapi dapat dibengkokan dengan tidak retak-retak sehingga baik sekali untuk isolator alur stator atau rotor mes in listrik, juga pada transformator sebagai isolator lilitan dan kawatnya. Prespan ini di pasaran berbentuk lembaran atau gulungan dengan ukuran tebal antara 0,1 sampai 5 mm, warnanya kekuning-kuningan, coklat muda atau abu. Karena daya menyerap air masih ada, maka dalam pelaksanaannya selalu masih perlu dilapisi lak isolator.
5)      Kayu
Pada tahun-tahun yang silam, kayu banyak digunakan sebagai isolator misalnya untuk tiang listrik, karena terdapat dimana-mana dan harganya murah. Sekarang kayu banyak terdesak oleh besi, beton, dan bahan sintetis. Kelebihan kayu adalah kekuatan mekanisnya cukup tinggi tergantung dari macam dan kerasnya kayu, tetapi kelemahannya adalah menyerap air, dapat rusak karena hama dan penyakit serangga sehingga mudah rapuh. Supaya daya tahan lama, maka kayu harus diawetkan lebih dahulu.
6)      Fiber Pulkanisir
Proses pembuatan bahan ini sebelum digulung pada silinder baja, kertas dilewatkan melalui larutan chlorida seng (ZnCl2) yang panas. Tiap lapisan direkatkan dengan perekat sampai mencapai tebal lapisan yang dikehendaki pada gulungan tersebut. Pembersihan kembali zat chlorida seng dilakukan dengan air bersih, kemudian di pres menjadi lembaran, papan, atau dibuat pipa dengan tebal antara 0,5 sampai 25 mm. Bahan ini kuat sekali, tetapi menyerap air sehingga sebelumnya dilapis dahulu dengan parapin, minyak transformator atau zat lain serupa.
7)      Kain Pernis
Bahan kain yang telah dipernis sering disebut dengan cambric. Kelebihan bahan ini adalah fleksibel, kekuatan mekanisnya tinggi sedangkan lapisan pernisnya merupakan isolator listrik yang baik. Sehingga daya isolator semacam ini sangat luas digunakan pada pekerjaan mesin listrik, peralatan, serta kabel listrik selain dijadikan pita dan pembalut. Macam isolator ini dapat digunakan untuk suhu sekitar 1000C, dengan bahan sintetis seperti polyester dan polyamid. Kain pernisan dijual dalam gulungan dengan lebar kira-kira 1 yard dan panjang antara 45 yard sampai 90 yard.
8)      Pita Isolator
Bahan ini banyak digunakan dalam bidang instalasi listrik, yang merupakan pita isolator dengan campuran karet dalam gulungan kecil antara 1 dan 5 cm lebar dan garis tengah luar kira-kira 15 cm. Tebal pita kira-kira 0,25 mm. Sekarang banyak pita perekat terbuat dari bahan sintetis kuat dan tidak menyerap air, tetapi tidak untuk suhu yang tinggi.
3.      Gelas dan Keramik

1)      Gelas
Gelar merupakan isolator yang baik untuk arus listrik, tetapi kekuatan mekanisnya kecil dan sangat rapuh tidak seperti bahan keramik. Pemakaian dalam teknik listrik antara lain untuk pembuatan bola lampu pijar, termometer-kontak (untuk mengontrol suhu tertentu suatu tenpat seperti tempat penetasan telur), dan lain-lain. Untuk hiasan penerangan listrik banyak dipakai ornamen kaca yang dibuat dari kaca susu, kaca kabur (matglas) dan kaca opal, yang dalam perdagangan terdapat bermacam-macam bahan gelas seperti gelas kristal, gelas kali, gelas natron, dan gelas flint. Bahan baku pembuatan gelas adalah kuarsa dan kapur yang dicairkan bersama-sama dengan bahan lainnya. Paduan kuarsa dengan oksida timbel menghasilkan gelas kristal, bahan baku ditambah dengan potas menghasilkan gelas kali, dan penambahan soda menghasilkan gelas natron. Pengerjaan bahan baku di atas biasanya dipanaskan sampai + 20000C, sehingga menjadi encer dan baru dikerjakan.
2)      Keramik
Keramik didapat dari bahan galian dengan melalui proses pemanasan, kemudian dijadikan barang keramik, seperti cangkir teko, dalam teknik listrik digunakan untuk isolator loceng dan mantal. Keramik yang digunakan untuk keperluan teknik listrik harus mempunyai daya sekat yang besar dan dapat menahan gaya mekanis yang besar seperti porselin dan steatit. Bahan isolator dari porselin seperti: isolator lonceng, isolator mantel, isolator cincin, isolator tegangan tinggi, sekering pipa porselin, dan lain-lain. Sedangkan bahan isolator terbuat dari steatit, antara lain: sakelar, kontak tusuk, manik-manik isolator kawat penghubung yang dapat melentur (fleksibel) dan letaknya berdekatan dengan alat pemanas listrik, untuk pembuatan bumbung penerus (tube), pena-kontak -baut, badan alat-alat pemanas seperti kompor listrik, seterika, dan lain-lain.
4.Plastik

Plastik merupakan paduan dari dua bahan yaitu bahan perekat (seperti damar atau resin) dan bitumin dengan bahan pengisi serbuk batu, serbuk kayu dan katun. Menurut paduannya, ada bermacam-macam bahan plastik, diantaranya bakelit. Ada dua jenis plastik yang perlu kita ketahui, yaitu:
1)      Thermoplastik. Bahan ini pada suhu 600C sudah menjadi lunak, dan pemanasan sampai mencair tidak merubah struktur kimiawi
2)      Thermosetting plastik. Bahan ini setelah mengalami proses pencairan dan cicetak menjadi barang akan mengalami perubahan struktur kimiawi, hingga tidak dapat lunak lagi walaupun dipanaskan. Beberapa bahan pengisi paduan dalam pembuatan plastik selain yang telah disebutkan di atas, antara lain : mika, alpha selulosa, kain kapas, kertas, asbes, grafit, karbon, dan kanvas.

5.      Karet, Ebonit dan Bakelit

1)      Karet
Karet merupakan bahan penting untuk isolator dalam teknik listrik yang terbuat dari getah bermacam-macam pohon karet, salah satu diantaranya : Hevea Braziliensis yang menghasilkan karet terbanyak dengan kualitas tinggi. Proses penyampuran karet kasar dengan belerang dan bahan tambahan lainnya dibeut vulkanisasi. Untuk mendapatkan vulkanisasi yang baik dengan cara pemanasan uap, karena tekanan uap dpat mencegah terjadinya pori dalam masa yang divulkanisir, sedang pemanasannya dapat berjalan teratur. Bahan perekat untuk kulit, karet dan sebagainya dapat dibuat dari karet kasar dicampur dengan bensin atau bensol. Karet kasar juga merupakan bahan untuk pembuatan pita isolator (dibuat dari bahan katun, dicelupkan dalam larutan karet kasar untuk memberi gaya perekat pada pita tersebut. Pita isolator ini dapat dipakai untuk menyekat tempat sambungan kawat, ujung kabel nadi dan batu mahkota, serta dalam industri mobil. Dalam teknik listrik karet sebagai isolator hantaran listrik, sepatu kabel, perkakas pemasangan instakasi kistrik, dll.
2)      Ebonit
Bahan dasar ebonit adalah karet dan untuk mendapatkan kekerasan dicampur dengan belerang dan bahan tambahan lainnya sekitar 30 sampai 50 % dengan melalui proses vulkanisasi yang lama. Dalam perdagangan ebonit berbentuk lempeng, batang atau pipa dengan bermacam-macam ukuran.
3)      Bakelit
Bakelit adalah bahan paduan secara kimia bermacam -macam zat yang pertama dibuat oleh perusahaan Bakelit Co., yang kemudian dibuat oleh perusahaan lain dengan nama sendiri-sendiri, seperti perusahaan Philips dari Belanda dengan nama philite, perusahaan Hasemeir dengan nama hajalite yang dikenal dengan nama bakelit.

6.      Bahan Dipadatkan
Bahan isolator yang dipadatkan mula-mula cair kemudian dijadikan padat. Bahan ini banyak dipakai sebagai pelapis, pengisi, pemadatan (inpregnasi) dan perekat bahan isolator padat. Beberapa bahan yang dipadatkan antara lain: lilin dengan parafin; damar (gondorukem, arpus); bitumin; bahan-bahan pelarut seperti: kerosin (minyak tanah), gasolin, spiritus putih, bensin, methanol (methyl alkohol), ethanol (ethyl alkohol), aceton, minyak terpentin, dll.; minyak pengering (minyak biji lena dan minyak Tung); pernis (pernis minyak, pernis hitam, lak selulosa, pernis bakelit, pernis sirlak, pernis gliptal); dan kompon (kompon bitumin, kompon kuarsa, dan kompon kabel).


7.      Bahan Isolasi PVC

Polivinilklorida atau PVC adalah hasil polimerisasi dari vinilklorida H2C = CHCl. Pada proses polimerisasi, ikatan ganda yang melekat pada molekul vinilklorida diubah menjadi ikatan tunggal. Ikatan yang bebas kemudian mengikat molekul-molekul vinilklorida lain sehingga timbul molekul-molekul makro panjang, yaitu PVC :

Pada suhu kamar PVC ini keras dan rapuh, dan supaya dapat digunakan sebagai bahan isolasi kabel, PVC harus dicampur dengan bahan pelunak (plasticiser). Bahan lunak yang dicampur umumnya sebanyak 20 % hingga 40 % kadang-kadang bahkan lebih, dan hasil campuran ini disebut kompon PVC. Untuk membedakan PVC yang belum dicampur dinamakan damar PVC (PVC resin). Kompon PVC kabel ini harus digunakan bahan pelunak dengan sifat-sifat listrik yang baik, tidak boleh menguap, dan tidak boleh menjalarkan nyala api. Damar PVC sendiri walaupun dapat dibakar, tetapi akan padam sendiri apabila sumber apinya disingkirkan. Berat jenis damar PVC sekitar 1,4 tergantung jenis dan banyaknya bahan yang dicampurkan, sedangkan berat jenis kompon PVC berkisar antara 1,25 – 1,55. Damar PVC memiliki ketahanan cukup baik terhadap sejumlah besar bahan kimia lain, dan dengan menggunakan bahan pelunak yang tepat dapat diciptakan kompon PVC yang tahan terhadap bahan kimia tertentu. Salah satu kelemahan kompon PVC akibat digunakan bahan pelunak adalah ketahanan terhadap tekanan, yaitu kalau ditekan cukup lama dan cukup kuat kompon PVC tidak dapat pulih dan makin tinggi suhunya makin kurang ketahanan terhadap tekanan tersebut. Umumnya kompon PVC hanya dapat digunakan sampai suhu 700 C terus menerus. Tetapi dengan menggunakan bahan pelunak khusus dapat dibuah sampai suhu lebih tinggi sampai 1050C.

8.      Polietilen atau PE

          Polietilen atau PE adalah hasil polimerisasi dari etilen H2C = CH2, dengan sifat sifat listrik lebih baik dari pada yang dimiliki PVC. Hanya PE lebih mudah terbakar. Kalau PE dibakar, nyala apinya akan tetap menjalan, juga setelah sumber apinya disingkirkan. Karena itu PE hampir tidak digunakan untuk kabel-kabel arus kuat, kecuali XLPE (crosslinked polyethylene). Karena sifat PE yang baik pada frekuensi tinggi, maka banyak digunakan untuk kabelkabel telekomunikasi. Kelebihan PE dibanding PVC adalah tidak lebih mudah menyerap air, dan kalau digunakan di tempat yang lembab atau basah, tahanan isolasi PVC  akan lebih menurun dibandingkan dengan PE.

B. MEKANISME KEGAGALAN BAHAN ISOLASI PADAT

1 Kegagalan Asasi (Intrinsik)
Kegagalan asasi (intrinsik) adalah kegagalan yang disebabkan oleh jenis dan suhu bahan dengan menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong-kantong udara. Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang dikenakan pada bahan dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu yaitu 106 volt/cm dalam waktu yang sangat singkat yaitu 10-8 detik. Karena waktu gagal yang sangat singkat, maka jenis kegagalan ini disebut kegagalan elektronik. Kegagalan intrinsik merupakan bentuk kegagalan yang paling sederhana.
Melalui eksperimen, kuat dielektrik terbesar diperoleh ketika seluruh pengaruh luar sudah diisolasi dan harganya hanya bergantung pada struktur material dan suhu. Kekuatan listrik maksimum adalah 15 MV/cm untuk polyvinyl-alcohol pada suhu -196oC. Kekuatan maksimum biasanya berkisar antara 5 MV/cm dan 10 MV/cm.
Kegagalan instrinsik tergantung pada kehadiran elektron bebas yang mampu berpindah melalui kisi-kisi dari bahan dielektrik tersebut. Biasanya, sejumlah kecil dari elektron terkonduksi hadir dalam dielektrik padat, bersama beberapa struktur tak sempurna dan sejumlah atom kotor (impurity atom). Atom atau molekul kotor atau keduanya bertindak sebagai perangkap untuk elektron terkonduksi yang tergantung pada jarak dari medan elektrik dan suhu. Ketika jarak ini telah membesar, elektron tambahan terbebaskan, dan elektron ini turut berpartisipasi pada proses konduksi. Berdasarkan prinsip ini, 2 tipe dari kegagalan instrinsik telah muncul yaitu Kegagalan Elektronik dan Kegagalan Streamer.
Beberapa pendekatan telah dilakukan untuk meramalkan nilai kritis medan yang menyebabkan terjadinya kegagalan asasi, tetapi hingga kini belum diperoleh penyelesaian yang memuaskan.

2. Kegagalan Elektromekanik
Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat sehingga timbul tekanan listrik pada bahan tersebut. Tekanan listrik yang terjadi menimbulkan tekanan (pressure) mekanik yang terjadi akibat timbulnya gaya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut. Pada tegangan 106 volt/cm menimbulkan tekanan mekanik 2-6 kg/cm2.

Uraian masing masing jenis kegagalan pada bahan isolasi padat adalah :
·         Kegagalan asasi (intrinsik) adalah kegagalan yang disebabkan oleh jenis dan suhu bahan ( dengan menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong kantong udara. Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang dikenakan pada bahan dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu yaitu 106 volt/cm dalam waktu yang sangat singkat yaitu 10-8 detik
Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat sehingga timbul tekanan listrik pada bahan tersebut. Tekanan listrik yang terjadi menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan timbulnya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut. Pada tegangan 106 volt/cm menimbulkan tekanan mekanik 2 s.d 6 kg/cm2.
·         Kegagalan streamer adalah kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran (avalance). Sebuah elektron yang memasuki band conduction di katoda akan bergerak menuju anoda dibawah pengaruh medan memperoleh energi antara benturan dan kehilangan energi pada waktu membentur. Jika lintasan bebas cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh melebihi pengionisasi latis (latice). Akibatnya dihasilkan tambahan elektron pada saat terjadi benturan. Jika suatu tegangan V dikenakan terhadap elektroda bola, maka pada media yang berdekatan (gas atau udara) timbul tegangan. Karena gas mempunyai permitivitas lebih rendah dari zat padat sehingga gas akan mengalami tekanan listrik yang besar.Akibatnya gas tersebut akan mengalami kegagalan sebelum zat padat mencapai kekuatan asasinya. Karean kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukaan zat padat sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu. Bentuk muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan medan lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan ini melebihi kekuatan intrinsik maka akan terjadi kegagalan pada zat padat. Proses kegagalan ini terjadi sedikit demi sedikit yang dapat menyebabkan kegagalan total.



BAB III
KESIMPULAN

Bahan isolasi padat terdiri dari berbagai bahan tambang, bahan berserat, gelas, kramik, plastic, karet, ebonite, bakelit, PVC dan polietilen, yang memliliki sifat – sifat yang berbeda dalam penggunaannya.
 Kegagalan bahan isolasi padat terjadi karena kekuatan listrik (strength), lebih kecil dari tekanan listrik (stress), kegagalan yang disebabkan oleh jenis dan suhu bahan dengan menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, dan kantong-kantong udara. Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang dikenakan pada bahan, dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu dalam waktu yang singkat.



DAFTAR PUSTAKA

Kind, Dieter. 1993. Pengantar Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi. ITB: Bandung

No comments:

Post a Comment